Minggu, 30 Desember 2007

Nikmatnya 'SEGO PECEL' Tak Kenal Waktu

Bicara tentang Pecel, ini makanan kegemaran sejak kecil. Maklum pernah tinggal didesa. Makanan dengan tampilan sederhana ini memang tak mengenal waktu untuk menyantapnya. Dimakan pagi untuk sarapan bisa, nikmat juga disantap siang bahkan dimakan malam haripun juga cocok. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari menu ‘sego pecel’ ini, hanya saja rasanya cukup familier.
Yang mau saya ceritakan kali ini 2 tempat warung pecel yang sering saya hampiri. Giliran dapat tugas liputan, wah…. Seru dech coz penjualnya hafal dan dipersilakan makan disitu GRATIS…..!!!

Pedasnya Pecel Pandegiling
Melintas di jalan Pandegiling, spanduk warna kuning bertuliskan Pecel pandegiling Bu Joyo akan jelas terlihat. Warung sederhana, tapi jangan ditanya jumlah pengunjungnya. Buka setiap hari pukul 6 pagi dan sudah akan habis sekitar pukul 12 siang hari.
Satu porsi sego pecel dipatok seharga Rp 16.000,- itu sudah dengan lauk empalnya, lho. Pecel ini jadi terkenal karena citarasa bumbu pedasnya. Sayur yang dipakaipun hanya tauge panjang yang direbus plus lalapan yang terdiri dari daun kemangi, tauge pendek segar dan lamtoro. Lauk standar yang disiapkan berupa rempeyek kacang dan teri. Tapi yang paling enak tentu saja lauk empalnya, karena rasanya cukup beda dan tidak alot.
Sekedar gambaran, semua lalapan diletakkan dalam baki ditengah meja. Pengunjung bisa mengambil sendiri sesukanya. Jika sudah merasa ‘kepanasan’ karena rasa pedas, disediakan minuman teh tawar, gratis.

Pecel Tapak Siring Sajikan Pecel Yang Murah Meriah
Kalau biasanya penjual pecel kebanyakan orang asal Madiun, Ponorogo, Kediri, Nganjuk ataupun Blitar, Warung pecel yang terletak dipinggir lapangan tenis PJKA jalan Tapaksiring ini agak menyalahi pakem, penjualnya adalah orang Madura. Maklum, biasanya orang madura berjualan makanan seperti soto, sate dan bubur madura. Walaupun yang berjualan orang Madura, tapi rasa pecelnya khas dan nggak kalah dengan rasa pecel umumnya. Rempeyeknya enak lho, renyah dan gurih. Buka setiap hari dari jam 6 pagi hingga jam 2 siang hari ini dalam penyajiannya sekilas seperti pada umumnya, ada sayuran yang terdiri dari bayam, tauge, kangkung, kacang panjang dan sawi. Sebagai tambahan sayur, ada lalapan daun kemangi dan mentimun. Seporsi sego pecel ini sudah lengkap dengan lauknya selain rempeyek ada juga empal, serundeng dan lauk telur dan tahu bumbu bali. Wah pokoknya lengkap dan harganya murah meriah serta mengenyangkan.









Cherio,

Sambut Tahun 2008



Setiap hari adalah Lembaran baru dalam hidupku….
Saatnya menapaki tahun 2008 dengan harapan baru…
makin dewasa dunk!!!, makin baik, naek gaji, jauh-jauh deh dari yang namanya sakit hati & happy always……..

Cherio,

Jumat, 21 September 2007

Perpaduan Unik Rujak & Es Krim

Jajanan yang satu ini gampang ditemukan di Yogyakarta. Rujak Es Krim, racikan jajanan khas kota gudeg ini sebenarnya sederhana. Sepiring rujak berisi berbagai macam buah seperti mangga, bengkoang, pepaya, dan mentimun. Lalu, di atasnya di taruh es krim. Jangan dibayangkan es krimnya selembut es krim Walls atau Campina. Es krim di atas rujak ini sekelas es puter. Tapi, rasanya mantap. Enak dan segar.
Manis gula jawa dan pedas dari bumbu rujak, bercampur dengan manis gurihnya dari rasa susu es krim, ditambah rasa asam dari mangga muda dan buah-buahan lainnya. Benar-benar merupakan paduan yang unik. Apalagi dinikmati saat cuaca panas. Hmm..bikin ketagihan!
Di Yogyakarta, Rujak Es Krim ini biasa dijajakan dengan gerobak dorong dan mudah ditemui ditempat-tempat yang dekat dengan komplek sekolah, perkantoran atau perumahan.
Di antara sekian banyak penjaja rujak ini, ada satu penjual yang sempat kami singgahi di Jl. Timoho. Meski hanya gerobak sederhana, namun cukup nyaman. Sebab, disediakan gubuk bambu yang teduh dengan meja-meja pendek. Rujaknya juga baru dibikin setelah ada yang pesan.
Di samping itu, pembeli bisa menentukan sendiri kadar kepedasannya. Mau cabai satu, tiga, sepuluh, bebas saja. Harganya juga murah kok. Tidak sampai 5.000 rupiah per porsi, sepiring rujak es krim siap dinikmati. Saya yakin rujak es krim bisa menjadi salah satu alternatif pilihan makanan yang patut dicoba kala singgah di Yogyakarta (Mmm...sayangnya tidak bisa dijadikan oleh-oleh!)


Jumat, 14 September 2007

Kesunyian Terindah di Pantai Lombang

Pantai Lombang yang terdiam di ujung utara Kabupaten Sumenep tampak indah berkilau. Seolah-olah tidak terdapat tanda-tanda adanya "desa wisata" dan terkesan sunyi. Bahkan, begitu memasuki kawasan pantai, di mana vegetasi cemara udang mulai mendominasi, kesan pertama yang diperoleh adalah kesunyian kawasan ditambah semak-semak yang merajalela di mana-mana.

Pantai Lombang yang menunggu jamahan tangan-tangan suci, diantara Pasir putih yang terhampar berpadu dengan cemara udang yang tumbuh di sepanjang pantai itu nyaris tidak seperti pantai-pantai lain yang biasanya ditumbuhi pohon kelapa. Pantai yang terletak 30 km di timur Kota Sumenep itu ditumbuhi cemara dengan jenis khusus.
Yapp, pepohonan itu populer dengan sebutan cemara udang, karena bentuknya sekilas memang mirip udang. Pohon itu tidak lurus tumbuh ke atas sekitar 4 m. Pohon itu cenderung tumbuh meliuk seperti udang yang bongkok. Apalagi ranting-ranting kecilnya yang panjang tumbuh rapat, seperti kaki-kaki yang keluar dari tubuh udang. Daun-daunnya lurus bagaikan jarum halus itu tumbuh rimbun di ranting-ranting cemara. Bahkan, di tengah terik matahari Madura sekalipun, suasana di bawah rimbunan cemara itu teduh.
TIBA di pantai suasana tidak kalah mengecewakan. Pondok-pondok kecil dengan atap yang dicat motif warna-warni atapnya pecah-pecah. Demikian juga dengan bangku warna-warni yang terletak di pondok-pondok itu, hampir semuanya sudah rusak.
Sebatang pohon cemara itu terbenam di dalam pasir. Pasir yang berwarna putih kekuningan itu sangat halus dan seakan tidak tercampur dengan sisa-sisa kerang yang mengakibatkan pasir itu menjadi kasar. Hanya saja, di bawah rimbunan pohon-pohon cemara udang itu penuh daun-daun cemara yang rontok.